Tuesday, March 22, 2011

Bad Sister ( fanfiction )



Author : L Hirasawa

Yui melihat pemandangan dari jendela pesawat, sebentar lagi penerbangan dari Tokyo Jepang ke Seoul Korea akan segera sampai. Yui memperhatikan wanita berusia 37 tahun di sampingnya, wanita itu masih muda dan cantik, dia adalah ibu Yui. Mungkin saat melihat sekilas orang akan berpikir mereka kakak adik. Ibunya tersenyum pada Yui, sementara Yui kembali mengalihkan pandangan ke arah jendela.
“Sebentar lagi akan sampai.” Ibunya mengenggam tangannya, Yui menepis tangan ibunya.
“Kalau ibu ingin pergi mengapa harus mengajakku?, aku bisa tetap tinggal di Jepang bersama ayah.”
“Bagaimana mungkin aku akan membiarkanmu tinggal dengan orang itu, kau tahu ayahmu pengangguran dan kerja serabutan.”
“Aku bisa kerja sambilan sambil sekolah, selama ini aku juga sudah melakukannya.”
Suara Yui bergetar, dia berusaha menahan air matanya yang hampir jatuh.
“Ibu hanya ingin kau bahagia, selama ini kau banyak menderita, itu tidak akan terjadi lagi.”
Ibunya menatap dengan mata penuh kesedihan, Yui tidak tahan melihat mata ibunya yang seperti itu, dia menunduk dan jari-jarinya memainkan kancing kemejanya.
“Jadi itu kah alasan sekarang Ibu menikah dengan orang kaya?, hanya demi diriku? Atau ibu tidak tahan lagi hidup menderita?”
Yui kaget kata-kata itu tiba-tiba meluncur dari bibirnya. Mata Ibunya yang tadi berkaca-kaca sekarang meneteskan air mata.
“Apakah kau berpikir ibu orang yang seperti itu?, ibu sudah dua tahun menjadi janda, apakah salah ibumu menikah lagi?”
Yui hanya diam, dia ingin membalas lagi tapi hati nuraninya berkata sudah cukup dia menyakiti ibunya seperti itu. Ingin menikah lagi itu memang hak ibunya, tapi bagaimana dengan dia?, orangtuanya bercerai dua tahun lalu, dia tidak mengerti mengapa itu terjadi, padahal mereka dulu adalah keluarga kecil bahagia dan sekarang ibunya menikah dengan pengusaha kaya dari korea, pengusaha itu membunyai cabang perusahaan di jepang dan ibunya bekerja di sana. Pengusaha kaya itu juga seorang duda dan mempunyai seorang putri yang lebih kecil beberapa bulan darinya, dia ingin ibunya bahagia tapi mengapa dia harus terlibat, dia ingin tetap di Jepang dan hidup bersama ayahnya, dia tidak perlu mengkhawatirkan ibunya dia tahu ibunya tidak akan hidup kekurangan bahkan mungkin berlimpahan tapi bagaimana dengan nasib ayahnya?
----
Jam beker ayam berbunyi, sebuah tangan terjulur dari balik selimut dia menggapai jam beker itu dan membantingnya ke dinding jam beker itu hancur berkeping-keping.
“Siapa yang memasang alaram pagi-pagi!!!”
Gadis yang dari balik selimut itu bangun dan menguap, dia mengacak-acak rambutnya.
“Ayah yang memasangnya!!” terdengar suara berat laki-laki.
“Ayah kau pulang ke rumah?, aku pikir kau baru kembali besok.”
Gadis itu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut lagi bersiap untuk tidur kembali, ayahnya menyambar selimut itu dan membuangnya ke lantai.
“Bangun sekarang!!. Apa kau bolos lagi?, aku mendapat panggilan dari sekolah.”
“Aku baru bolos dua hari, sehari ini saja aku mohon.”
“Ham Eunjung!!!” suara ayahnya menggelegar seperti ingin merobohkan dinding.
“Aku mandi sekarang, aku cuma bercanda ayah.”
Eunjung mengalungkan kedua lengan keleher ayahnya, ayahnya hanya menghela napas, dia selalu kalah jika putrinya sudah seperti ini.
“Cepat mandi, ayah tunggu sarapan.”
Ayahnya mengelus rambut Eunjung dengan penuh kasih sayang.
----
Eunjung memasang headphones di telinganya, dia menari mengikuti iringan musik sambil menuruni tangga. Ayahnya sudah menunggu dibawah. Eunjung melepas headphonesnya, dia meraih roti tawar dan mengolesnya dengan mentega.
“kau tahu calon ibu dan kakak tirimu akan tiba hari ini.”
“Ayah aku sedang sarapan, tidak bisakah kau membicarakan hal yang tidak membosankan seperti sekarang?”
“Eunjung!!” ayahnya menatap tajam.
“Baiklah, aku mendengarkan.” Eunjung menggigit rotinya.
“Ayah cuma ingin kau bersikap baik dengan mereka.”
“Aku tidak akan pernah menerima mereka, anggap saja aku bukan bagian dari rumah ini hanya orang yang pulang pergi menumpang tidur dan makan.”
“Ayah mohon, sekali ini saja.” Ayahnya menatap penuh harap.
“Lalu saat waktu itu aku memohon ayah jangan menikah lagi apakah ayah mendengarkan aku?, aku tidak ingin bertengkar sekarang aku berangkat sekolah dulu.”
Eunjung mengecup pipi ayahnya sekilas lalu dia melangkah keluar.
----
Yui mendengar lagu melalui ipodnya, tangan kanannya memegang koper dan tangan kirinya memegang case gitar. Ibunya berjalan di sampingnya. Sesosok pria tinggi tegap berjalan ke arah mereka, senyum ibunya terkembang. Yui memalingkan wajah.
“Bagaimana kabar kalian?” tanya pria itu.
“Baik-baik saja, Yui ayo beri salam.” Kata ibunya.
“Apa kabar ahjussi.” Yui membungkuk.
“Sudah enam bulan tidak bertemu, kau bertambah cantik seperti ibumu.”
Yui hanya diam, wajahnya tanpa ekspresi.
Mereka lalu masuk ke mobil dan mobil meluncur di jalanan.
“Yui apakah kau sudah pernah ke Seoul?” tanya ayah tirinya.
“Ini pertama kalinya.”
“Tapi bahasa koreamu sangat lancar sekarang, berapa lama kau mempelajarinya?”
“Setahun, ibu memaksaku belajar.” Yui menoleh ke ibunya.
“Kalau begitu kau tidak akan kesulitan saat di sekolah.” Lanjut ayah tirinya.
“Aku merasa aku akan sulit beradaptasi, tapi ibuku menyeretku ke sini.”
Ibu Yui pura-pura tertawa dan mencairkan suasana.
“Kau tenang saja, Yui akan bisa beradaptasi dia murid yang pintar.” Kata ibunya.
“Aku dengar kau selalu juara umum dan mendapat beasiswa?”
“Itu karena kami miskin, jadi aku terpaksa belajar untuk mengejar beasiswa. Tapi aku dengar ahjussi sangat kaya, aku pikir tidak perlu lagi belajar sekeras itu, ahjussi pasti mampu membayari uang sekolahku, benar kan?”
“Yui!!!” kata ibunya.
“Tidak apa, benar jangan belajar terlalu keras kau masih muda harus bersenang-senang juga.”
Akhirnya mereka sampai di rumah ayah tirinya. Rumah itu mempunyai pekarangan luas, suasananya nyaman dan asri.
“Wah banyak bunga, aku suka sekali berkebun.” Kata ibu Yui.
“Benarkah, kalu begitu apa aku harus memecat tukang kebun.” Ayah tirinya bercanda lalu ibunya tertawa.
----
Eunjung berjalan memasuki kantin, Nam Jihyun yang sedang memakan saladnya langsung tersedak.
“Eunjung-ah kau sekolah?”
“Mengapa?, memangnya aneh kalau aku masuk sekolah?”
“Aneh , apa lagi kau datang pagi, ini masih 15 menit sebelum masuk kelas, kau mimpi apa semalam?.”
“Mimpi buruk.” Eunjung meletakkan kepalanya di meja.
“Eunjung lihat kukuku, kemarin aku baru ke salon cantik bukan?” Jihyun menunjukkan kukunya yang di kuteks merah.
“Seperti nenek sihir.” Kata Eunjung malas-malasan.
“Kau ini menyebalkan.” Jihyun memasukkan salad ke mulutnya sambil cemberut.
“Benar-benar cantik, aigoo mengapa aku punya teman yang lucu, baik hati dan secantik ini.” Kata Eunjung.
“Kau ini aku tau aku memang terlahir seperti itu, tetapi mengapa kau lemas sekali.”
“Jihyun- ah apa kau pernah mendengar cerita Cinderella.”
“Tentu, itu dongeng favoritku, mengapa?”
“Temanmu ini benar-benar sudah jadi Cinderella sekarang.”
“Ayahmu benar-benar ingin menikahi wanita jepang itu?”
Eunjung mengangguk, Jihyun menghela napas.
“Eunjung kau tidak perlu khawatir, sebenarnya dirimu lebih menyeramkan dari ibu tiri Cinderella. Jadi ibu tirimu tidak akan berani macam-macam padamu.”
“Yahhhh!!!!” Eunjung berteriak.
Seisi kantin langsung diam, lalu semua orang keluar dari kantin.
“Lihat, semua orang di kantin keluar. Mereka takut padamu?” kata Jihyun dengan polos.
----
Eunjung melangkah memasuki rumah, dia melihat dua orang asing di ruang tamu bersama ayahnya. Pasti itu adalah ibu dan saudara tirinya.
“Eunjung kau sudah pulang?, beri salam pada ibumu.”
Eunjung melambaikan tangan sekilas.
“Hai ahjumma.”
Lalu Eunjung menaiki tangga.
“Maaf dia tidak sopan.” Kata ayahnya.
“tidak apa, bisa di maklumi anak jaman sekarang.”
“Kalau boleh aku ingin permisi ke atas.” Kata Yui.
“Baik, istirahatlah yang banyak.” Kata ayahnya.
Yui menaiki tangga, Eunjung menatap tajam padanya.
“Apa rencana ibumu dan juga kau sebenarnya?, memperalat ayahku?” kata Eunjung.
Yui berhenti dan tersenyum sarkatis.
“Sepertinya kau terlalu sering membaca cerita tentang ibu tiri?, tapi ini adalah dunia nyata.” Kata Yui.
“Sampai kapan pun aku tidak akan menerimamu jadi saudaraku, aku benar-benar akan membencimu.” Kata Eunjung.
“Benarkah?, baguslah. Aku juga membencimu.” Kata Yui datar.
Eunjung menatap Yui heran, dia berpikir Yui akan berpura-pura manis padanya. Yui lalu berjalan memasuki kamarnya yang berada di sebelah kamar Eunjung.
----
Yui melihat jam tangannya, hari ini hari pertama dia masuk sekolah tapi dia harus menunggu Eunjung yang juga belum bangun. Yui membuka pintu kamar Eunjung dan melihat makhluk itu sedang tertidur pulas.
“Bangun!! Aku bisa telat pergi sekolah!!” Yui berteriak di telinga Eunjung.
Tapi tidak ada tanda-tanda Eunjung terbangun dari tidurnya. Yui mendapat ide, dia menyalakan musik keras-keras dari ponselnya.
“berisik!!!!” Eunjung menyambar ponsel Yui dan melemparnya ke lantai, hingga ponsel Yui layarnya retak.
“Yah itu ponselku!!!”
“Ayahku akan membelikan yang baru.” Kata Eunjung dengan malas.
“Apakah itu masalahnya?, minta maaf padaku.” Kata Yui.
“Tidak akan.”
“Aku bilang minta maaf padaku!!!” Yui berteriak.
“Ada apa pagi-pagi sudah ribut?” tanya ibu Yui.
“Ahjumma ingin memarahiku?, aku merusak ponselnya. Ayo coba saja marahi aku.” Kata Eunjung.
Yui mengambil ponselnya yang retak.
“Sudah jangan ribut lagi, Yui kata ayahmu kau akan di antar duluan.” Kata ibunya.
“Aku tidak akan pergi sebelum dia minta maaf padaku.” Kata Yui.
“Sudah jangan meributkan ini, kau bisa telat.” Kata Ibunya.
Yui lalu keluar dari kamar dia menatap tajam pada Eunjung.
“Eunjung sekarang kau harus mandi.” Kata Ibu tirinya.
“Aku mau bolos sekolah.” Kata Eunjung pendek.
“Kau harus pergi sekolah, kasihan ayahmu.”
“Ahjumma tidak perlu perhatian padaku, anggap saja aku tidak ada.”
“Bagaimana mungkin aku tidak memperhatikanmu, aku ibumu?”
“Bagaimana kau bisa jadi ibuku, aku bukan anak yang lahir dari rahimmu. Ibu kandungku akan menangis di surga kalau aku mengakuimu jadi ibuku.”
Ibu Yui tersenyum dan mendekat, lalu dia mengelus kepala Eunjung.
“Aku tahu sulit bagimu, tapi aku harap suatu hari kau bisa menerimaku.”
Eunjung menepis tangan Ibu Yui.
“Berani-beraninya kau menyentuhku, pergi!!”
Ibu tirinya lalu keluar kamar, air mata Eunjung menetes sesaat dia teringat ibu kandungnya sering mengelus kepalanya seperti itu.
“Ibu…”
----
Yui berjalan melewati koridor, sebuah bola basket hampir menghantam kepalanya tapi ditangkap oleh seseorang. Laki-laki yang menangkap bola itu tersenyum manis, dia tampan dan mempunyai senyum lucu.
“Apakah kau tidak apa-apa?” tanya laki-laki itu.
“Apakah kau yang bermain bola dan hampir mengenaiku?” tanya Yui.
“Ya, maafkan aku nona manis.” Kata laki-laki itu masih tersenyum.
“Apakah lapangan basket sudah pindah?, mengapa kau bermain di koridor kelas?”
“Hanya iseng saja. Maafkan aku.”
“Apakah kau tidak berpikir akibatnya?, bagaimana kalau bolamu mengenai orang lain.”
“Kau masih marah, aku sudah minta maaf.”
Yui tidak menjawab lalu berjalan melewati laki-laki itu.
“Kim bum….”
Kyuhyun memanggil temannya, laki-laki itu menoleh.
“Ada apa?” tanya Kyuhyun.
“pagi-pagi bertemu perempuan menyebalkan.” Jawab Kim bum
To be continued…..(jika anda berminat untuk membaca kelanjutannya tolong tinggalkan komentar)

( jika ingin copy-paste cantumkan nama penulis dan nama blog kelastkj.blogspot.com)

Jika Anda Suka Entri ini Tekan
CTRL+D.....
...Get cash from your website. Sign up as affiliate.

No comments:

Post a Comment